Hari ini aku dibuat berpikir karena banyak hal. Hari ini aku dibuat
bersyukur atas segala hal. Dan hari ini aku dibuat menangis oleh sesuatu
hal.
Berbeda dengan hari-hari biasanya yang selalu
terburu-buru saat pulang, hari ini kegiatan di kampus selesai lebih
awal. Cuaca cerah yang dengan angkuhnya menawarkan kenangan, membuat aku
enggan untuk langsung pulang. Di perjalanan, aku teringat senja di rel
kereta. Aku lantas mengendalikan motorku untuk sampai di tempat
tersebut. Tiba di sana, anak-anak rel tak sebanyak biasanya, hanya ada
dua tiga orang dewasa yang membuat aku mengurungkan niat untuk menikmati
senja di tempat tersebut. Lalu aku melanjutkan perjalanan, mataku tidak
bisa lepas dari langit dengan awan yang aku rasa begitu liris sore ini.
Hari
ini Tuhan begitu berbaik hati pada semua makhuk dengan menyuguhkan
keindahannya melalui alam, dan tidak terkecuali pada seorang kakek tua
yang sedang tertegun di depan deretan jagung bakar yang ia jual.
Entahlah, tiba-tiba aku menghentikan motorku dan memarkirkannya dengan
sempurna di depan kakek tersebut. Berapa Kek, kataku. Ia menjawab lima
ribu. Lalu aku membeli dua jagung yang terlihat sedikit gosong dan sudah
dingin. Aku mengucap terima kasih, kemudian melanjutkan perjalanan. Aku
lalu berpikir bahwa ada dzat yang benar-benar mengatur seluruh
kehidupan, -Allah. Siapa lagi yang sudah mengatur rezeki kakek tersebut
kalau bukan Allah. Aku sama sekali tak berniat untuk membeli jagung,
tapi bagaimanapun rezeki sudah ada yang mengatur. Kalau bukan karena ada
buruh yang berdemo, aku tidak mungkin melewati jalan dimana kakek itu
berjualan. Kalau bukan karena Allah, dua lembar lima ribuan tadi tidak
mungkin sampai di tangan kakek tersebut. Subhanallah!
Kemudian
aku memikirkan nasib jagung kakek tersebut yang tidak terjual nantinya,
apakah kakek itu selalu merasa cemas setiap harinya. Entah, yang jelas
aku teringat dengan kegiatanku belakangan ini -berjualan di kampus. Ya,
kerap aku sering disibukkan memikirkan daganganku yang takut tidak
habis, aku disibukkan dengan menghitung keuntungan dan sebagainya.
Padahal seharusnya ada yang lebih pantas aku pikirkan daripada terus
menerus memikirkan diri-sendiri.
Sesampai di rumah, aku
langsung menyalakan televisi dan menonton Orang Pinggiran. Buyung Abun,
seorang kakek tua yang mampu membuat aku menangis karena kisah hidupnya.
Dulu, ia terlahir seperti kebanyakan anak normal lainnya, hingga pada
umur satu tahun, kakek tersebut buta karena suatu penyakit yang tidak
pernah diobati. Lalu ibunya memanggil kakek tersebut Buyung Abun, yang
artinya Anak Buta. Astagfirullah, betapa sesak hati ini saat mendengar
pernyataan tersebut. Aku terus menyaksikan kisahnya. Ia tidak memiliki
istri sampai sekarang, tidak laku katanya. Dalam kesehariannya, ia
ditemani dua ekor kambing yang ia beli saat kambing tersebut masih bayi,
kambing itulah yang sering menemani hari-harinya. Kakek tersebut
mencari uang dengan menjadi buruh pembuat gula aren. Dengan matanya yang
buta, ia bisa memanjat pohon, memasak aren, mencetak, dan menjualnya ke
sebuah warung yang jauhnya berkilo-kilo. Uang hasil jerih payahnya ia
belikan untuk membeli lauk. Ia memasak sendiri, makan sendiri, segalanya
sendiri. Kalian bisa bayangkan betapa sepinya hidup kakek tersebut.
Pada
saat malam tiba, gubuknya otomatis akan sangat gelap karena tak ada
listrik. Lalu aku berpikir, apa bedanya dengan ada listrik. Siang dan
malam sama seja gelapnya di mata kakek Abun. Ya Allah... dalam heningnya
malam, ia lalu memukul rebana untuk memecah keheningan, menyanyikan
pujian-pujian untukMu. Subhanallah...
Kebutaan,
kesendirian, kemiskinan, cukup untuk menjadikan dia orang yang pantas
berkeluh kesah meratapi kesulitan hidupnya. Tapi Kakek Abun begitu
tegar, ia tetap ikhlas menjalankan takdirMu. Ah, siapa yang tahu. Bisa
jadi hatinya begitu sakit, bisa jadi ia selalu ingin menangis setiap
malam, tak ada yang tahu. Mungkin hanya Allah tempat dia mencurahkan
segala kepedihannya.
Ya, aku menangis. Lagi-lagi aku tak
bisa melakukan apapun untuknya. Ia hanya satu dari ribuan orang yang
menjalani kehidupan dengan penuh kesulitan. Ya Allah, aku hanya bisa
mendoakannya. Kakek Buyung Abun, semoga Allah selalu bersama Kakek,
Aamiin.
Hari ini aku dibuat berpikir karena
banyak hal. Hari ini aku dibuat bersyukur atas segala hal. Dan hari ini
aku dibuat menangis oleh sesuatu hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar