Sabtu, 15 November 2014

Catatan untukmu, Keanu

Dulu ketika kamu masih setinggi pinggangku, kita pernah begitu dekat. Begitu akrab. Sesekali aku mengajakmu ke sebuah zona bermain atau membelikanmu sebuah eskrim corong. Beberapa kali aku menginap di rumahmu untuk bisa menceritakan sebuah dongeng sebelum tidur. Barangkali kamu masih ingat tentang dongeng seorang majikan dengan anjing-anjingnya. Dimana akhir ceritanya kamu sendiri yang menentukan. Dongeng-dongeng yang kerap membuatmu menjadi sulit tidur karena terus kamu pikirkan. Sering juga aku memerhatikanmu bermain bongkar pasang. Mengagumi potensi motorikmu yang begitu baik.

Beberapa tahun terakhir, kamu bertambah tinggi. Bertambah tampan. Bertambah pula kebutuhan kamu untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Kita tak lagi sempat bermain bongkar pasang. Kehidupan menuntutmu untuk bisa menjawab banyak persoalan. Perhitungan. Kesemuanya telah sering membuat keningmu tampak mengerut. Gelak tawa kita perlahan susut direbut obrolan-obrolan tentang pelajaran dan ujian, atau oleh nilai matematika yang sering kamu keluhkan.

Beberapa jam lalu, aku mencoba mengisi pertemuan kita yang singkat untuk mengajarkanmu pembagian. Seketika aku berubah menjadi Bibi yang mungkin menyebalkan. Menuntutmu untuk benar dalam mengisi soal-soal. Aku yakin dalam benakmu terdapat banyak pertanyaan. Kebingungan. Kekecewaan. Sampai akhirnya kamu sampai pada titik keputusasaan. Kamu menangis.

Sayang. Barangkali aku memang terlalu menyebalkan. Aku menuntutmu untuk menguasai cara membagi sejumlah angka. Padahal ini malam minggu. Malam dimana seharusnya kamu bebas dari segala persoalan dan pekerjaan sekolah yang harus kamu selesaikan. Kehidupan memang tak selalu menyenangkan. Tak seperti saat kamu masih setinggi pinggang.

Keanu. Akhir-akhir ini, aku sering tak punya waktu untuk mengajakmu bermain serupa dulu, apalagi untuk memerhatikanmu bermain bongkar pasang. Aku tahu bahwa waktu tengah begitu deras menghanyutkan kita pada kesibukan tak menyenangkan. Semoga kita bisa terus melawan keasingan.








Selasa, 04 November 2014

Tentang Menulis

Sisa-sisa ingatan setelah bertemu Aan Mansyur dan Faisal Syahreza di acara lokakarya kepenulisan kreatif GBSI 2014.

1. Alasan menulis 

Bagi kamu yang memutuskan untuk menjadi penulis, silakan terlebih dahulu menanyakan hal paling mendasar dalam benak masing-masing. Untuk apa menulis? Setelah kamu yakin dengan alasanmu, silakan menulis. Tapi jika kamu sendiri tidak tahu mengapa kamu menulis, lebih baik kamu melakukan hal lain  yang lebih bermanfaat.

2. Menulis seperti berciuman

Jangan pernah mengira bahwa kamu bisa menjadi penulis tanpa bantuan orang lain. Seperti berciuman, menulis adalah pekerjaan saling, pekerjaan yang membutuhkan kawan. Untuk apa? Banyak hal. Baiknya kamu selalu memperlihatkan tulisanmu pada orang yang telah kamu anggap bisa membantu. Artinya, dia betul-betul membaca dan memberi tahu bagian mana yang buruk dan perlu diperbaiki. Dengan begitu, kamu tidak akan merasa bahwa tulisanmu telah sempurna.

3. Selamanya merasa miskin

Memutuskan menjadi penulis adalah memutuskan untuk menjadi miskin. Minim penghasilan? bisa jadi. Tapi yang lebih memungkinkan adalah kamu akan selalu merasa miskin dalam banyak hal. Semakin banyak tulisanmu, maka kamu akan semakin merasa kekurangan banyak buku, kawan, dan pengalaman. Merasa miskin barangkali tak ada salahnya. Ditakutkan, ketika kamu sudah merasa berkecukupan, maka kamu akan diam pada zona nyaman, yang bisa jadi sebenarnya zona tersebut masih banyak kecacatan.

4.  Seribu tulisan buruk

Bagi penulis pemula, akan sangat wajar jika karya kita sering diabaikan oleh orang lain. Terlalu banyak yang harus dibenahi, akhirnya si pembaca memilih bungkam atau mengatakan "Sudah bagus." Jangan pernah percaya. Seseorang tidak akan langsung bisa membuat tulisan yang baik. Anggap saja, menurut Aan, dalam diri kita ada seribu tulisan buruk. Maka untuk bisa membuat sebuah tulisan yang baik, kita harus terlebih dahulu mengeluarkan seribu tulisan jelek dalam diri kita, satu-persatu.

5. Jangan mencintai karya

Menjadi haram barangkali, jika selesai menulis kamu begitu mencintai dan mengagumi karyamu. Menurut Faisal, proses akan jauh lebih berkesan dan baik untuk dicintai. Maka ketika kamu mencintai proses, kamu akan tetap menulis meski kamu telah berhasil membuat sebuah tulisan yang baik.

6. Belajar dari tukang baso

Kendala yang paling klise ketika kita akan menulis adalah persoaalan bad mood. Aan belajar dari seorang tukang baso yang sering dipanggil Masda. Setiap hari ia memerhatikan bagaimana Masda melayani pembeli. Dan sampai saat ini, Aan belum pernah mendengar Masda mengatakan "Aduh maaf, saya lagi gak mood."

Masda telah memutuskan bahwa pekerjaannya adalah seorang tukang baso. Maka ia harus menerima konsekuensi untuk terus melayani pembeli. Sama halnya ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang penulis yang baik. Profesional bisa dilihat dari kesetiaan kita memulai dan menyelesaikan pekerjaan.

7. Jalan kaki dan deskripsi.

Teknologi saat ini semakin mempermudah manusia dalam berbagai aspek. Hal tersebut menciptakan sebuah kemalasan demi kemalasan dalam kehidupan manusia. Kendaraan membuat kita malas untuk berjalan kaki. Padahal kata Aan, semakin cepat kita berkendara, maka akan semakin buruk kemampuan kita dalam membuat sebuah deskripsi. Hal-hal yang dilewati di sepanjang jalan bergerak sangat cepat dalam pandangan kita. Motion/pergerakan setiap objek akan sangat sulit kita deskripsikan ke dalam sebuah kalimat.

8. Seluruhnya, adalah kegiatan menulis

Kegiatan menulis itu antara lain: Memikirkan ide, menuliskannya, kemudian mengedit tulisan tersebut. Keputusan menjadi seorang penulis adalah keputusan berat. Jam kerjanya berlangsung setiap waktu. Pastikan, jika kita tidak sedang mengedit tulisan artinya kita sedang menulis. Dan jika kita tidak sedang menulis, artinya kita sedang memikirkan suatu hal untuk dituliskan.


10. Membaca, jalan mencari jatidiri

Semakin banyak kita membaca, maka kita akan semakin memiliki banyak warna. Hal tersebut merupakan jalan untuk kita menciptakan warna baru dalam sebuah tulisan. Maka jangan pernah kamu berharap bisa menemukan dirimu dalam sebuah tulisan jika hanya membaca satu atau dua penulis.


November 2014