Rabu, 25 Maret 2015

Menyimak Hujan

Kautakkan pernah mampu menyimak hujan.
Kau hanya mendengar suaranya secara pasif dan spontan. 
Suatu ketika, aku pernah menerima informasi dari suara derasnya di luar kamar. 
Itu karena aku mendengarkan dengan sungguh-sungguh, sengaja, dan penuh kehati-hatian.
Ia bercerita banyak hal. 
Termasuk tentangmu.
Saat itu, aku segera memekakan pendengaranku 
aku menerima getaran akustik yang diubah ke dalam sinyal-sinyal yang dapat dimengerti oleh pikiranku.
Suara tetesan itu kemudian menjelma, menyandi kata-kata yang meyebut namamu.
Ah, kukatakan sekali lagi, kautakkan mampu menyimak hujan.

Senin, 02 Maret 2015

Sepasang Mata Kemarin

Kau hidup di kehidupan yang jauh berbeda dengan Ibu. Sekarang ini, kau bisa datang ke hari kemarin, kemarinnya lagi, atau dua atau tiga tahun kemarin. Lalu jika kau betah, kau memang tak usah kembali ke hari ini. Kau bisa hidup di sana dan berbicara dengan kata-kata. Bahkan, kau bisa habiskan harimu dengan bersemayam pada sepasang mata yang begitu kau cintai.